Ag. Efendi Darmanto 132777
Agnes Miraning Tyas 132778
Aloysius Iryanto 132779
Yuliana Harisa 132782
B. Gusdiantara Wijaya 132780
Nur Apriani 132782
Yakobus Glory H. H 132796
RENCANA KEGIATAN PASTORAL SEKOLAH
Nama Sekolah : SMPK St. Bernardus Madiun
Kegiatan pastoral sekolah
Kelas
:VII-IX
Alokasi
Waktu : 4
X 60
menit
= 4 jam
(08.00-12.00)
GAGASAN POKOK
Remaja katolik
seringkali bimbang dan ragu dalam menentukan jalan hidupnya. Hal ini
dipengaruhi oleh dirinya sendiri. Masa-masa remaja adalah masa pencarian jati
diri, remaja tidak jarang berganti-ganti hobi, tujuan hidup, model rambut, dan
lain sebagainya. Pencarian identitas sangat identik pada remaja, namun remaja
sangat memerlukan pendampingan dalam hidupnya, karena pada masa-masa ini remaja
kurang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang kurang baik untuk
dilakukan, sebab pada masa ini pula remaja mudah sekali terpengaruh oleh
pergaualan dan lingkungan dimana remaja itu berada.
Tuhan Yesus dalam
Injil Yohanes bertanya kepada Petrus sebanyak tiga kali, "Simon anak
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Petrus menjawab "Benar
Tuhan, Engakau tahu bahwa aku mengasihi Engkau" (Yoh. 21:15). Petrus
menganggap bahwa Yesus ragu-ragu dan tidak percaya dengan jawaban Petrus
kepadanya, maka pertanyaan yang sama terus dikatakan oleh Yesus, tetapi Yesus
bermaksud bahwa dengan bertanya tiga kali kepada Petrus bukan hal yang
main-main melainkan sebuah keseriusan.
Kasih bukanlah
berpura-pura, maka dari itu mengasihi Tuhan tidaklah mudah, mau mengasihi
berarti mau menjalankan apa yang menjadi kehendak-Nya. Jika kasih hanya sebatas
dimulut saja itu bukanlah kasih. Tuhan
pun sejatinya butuh kepastian dari kita tentang hubungan kita denganNya. Kita
begitu terpusat pada diri sendiri, sehingga lupa mencari Dia. Mengasihi
Tuhan berarti juga membangun relasi yang harmonis dengan-Nya. Kecenderungan
dari seorang remaja, lebih suka dikasihi daripada mengasihi, maka terasa berat
bagi remaja bila harus mengasihi. Maka dari itu dengan pertanyaan Yesus kepada
Petrus, Dia ingin remaja katolik tidak bimbang dalam mengikut Yesus, harus
tetap yakin dan percaya serta tidak mendua hati, agar tidak jatuh ke dalam
keegoisan, nafsu, dan cinta diri. Pada pertemuan pertama ini ditekankan soal
kesediaan remaja katolik dalam mengikuti Tuhan dengan sepenuh hati dan
merekapun harus mau menjalankan kehendak-Nya.
Yesus mengajarkan kepada orang-orang yahudi bahwa jangan
bersumpah palsu, jika "Ya" katakan Ya, namun jika
"Tidak" katakan Tidak. Bersumpah berarti mengikutsertakan Tuhan
dalam kesepakatan bahwa apa yang dkatakan oleh orang yang bersumpah itu benar.
Yesus menegaskan bahwa orang yang percaya kepada-Nya tidak perlu bersumpah. Bila
dipertanyakan kebenarannya, sebagai pengikut Tuhan cukup mengatakan "YA
bila itu YA dan TIDAK bila itu memang TIDAK". Dengan demikian ditandaskan
bahwa landasan dalam menempuh hidup di hadapan Allah adalah hati yang bersih,
jujur dan terbuka.
Remaja katolik tidak jarang melakukan hal tidak jujur dan
bahkan juga menjadi pribadi yang tertutup. Kebohongan demi kebohongan sering
diucapkannya demi rasa aman dirinya. Remaja katolik harus memahami bahwa
kejujuran dan keterbukaan itu sangatlah penting dalam hidup, sebab kejujuran
ialah kesetiaan pada kebaikan dan berkata sesuai dengan kenyataan, begitu pula
dengan keterbukaan, keterbukaan merupakan ungkapan dari dalam hati yang mau
menerima dan juga tanpa ditanya mau untuk berkata dengan jujur.
Mengungkapkan isi hati itu memang tidak mudah, kalau
memang itu mudah tentu Yesus tidak perlu lagi mengajarinya. Maka dari itu
kejujuran dan keterbukaan harus terus menerus dilakukan agar dapat bertumbuh
dan berkembang dalam diri. Ada faktor penghambat untuk dapat menjadi pribadi
yang jujur dan terbuka entah itu etika, sopan santun, rasa malu, ingin selamat,
ingin mencari aman, dan lain sebagainya. Maka dari itu pada pertemuan yang
ketiga ini ditegaskan bahwa menjadi pribadi yang jujur dan terbuka harus berani
melawan faktor-faktor penghambat duniawi tersebut, karena hanya dengan hati
yang sabar, bersih dan jujur dalam pergaulan sehari-hari itulah, remaja dapat
berkembang menjadi seperti apa yang dikehendaki Allah, yakni suatu persekutuan
yang terbuka, yang hidup dalam damai dan kasih persaudaraan, serta saling
menghormati dan saling percaya satu sama lain.
1.
Indikator
1.1 . Menjelaskan
makna pentingnya hidup jujur dan
terbuka.
1.2. Menyebutkan
buah-buah dari hidup jujur dan terbuka.
1.3. Menyebutkan .
contoh-contoh hidup jujur dan terbuka
2. Tujuan
2.1. Siswa dapat mengetahui hidup makna pentingnya hidup jujur
dan terbuka..
2.2. siswa dapat menunjukan sikap yang jeas baik bagi dirinya
sendiri mapun bagi orang lain.
2.3. Siswa dapat
mennjukan sikap yang jujur dan terbuka terhadap diri sendiri dan orang lain.
Rincian
Materi
1. Aku Pribadi yang Jujur dan Terbuka
·
Yesus mengajarkan
kepada orang-orang yahudi bahwa jangan bersumpah palsu, jika "Ya"
katakan Ya, namun jika "Tidak" katakan Tidak.
·
Remaja katolik harus
memahami bahwa kejujuran dan keterbukaan itu sangatlah penting dalam hidup,.
·
Kebohongan demi
kebohongan sering diucapkannya demi rasa aman
·
Faktor penghambat
untuk dapat menjadi pribadi yang jujur dan terbuka.
2. Aku mau berbagi.
· “Kamu adalah sahabatKu jika kamu berbuat apa yang
Kuperintahkan kepadamu”
· Melakukan apa yang diperintahkan Yesus, yaitu saling
mengasihi, adalah cara bertindak seorang sahabat. Allah
· Berbagi bukan hanya sebatas pada materi saja.
· Ada beberapa faktor yang menghambat seseorang untuk sulit
berbagi
G. Metode Pembelajaran
1.
Ceramah
2.
Tanya jawab
3.
Sharing
4.
Nonton
Film
5. Diskusi
H.
Langkah-Langkah Pembelajaran / Strategi
Pembelajaran
A. KEGIATAN
AWAL (15 Menit)
Lagu pembuka (Lagu Adven)
Prosesi Penyalaan lilin Adven
Tanda Salib dan Salam
P : Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh
Kudus
U : Amin
P :
Semoga Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus cinta kasih Allah dan persekutuan Roh
Kudus selalu beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.
Penyalaan lilin Adven
P : Semoga dalam kehidupan yang gelap di dunia ini, cinta dan
pengharapan tetap menyala di dalam hati kita. ( salah satu peserta menyalakan 4 buah lilin adven )
U :
Seperti lampu yang bercahaya di tempat yang gelap gulita.
Doa
pembuka.
Ya Bapa kami berterimakasih
atas hari yang indah ini Engkau kumpulkan kami semua ditempat ini, untuk
mengikuti kegiatan Adven. Semoga kegiatan ini kami dapat menjadi pelayan
ditengah-tengah umat-Mu yakni bersama orang tua, sahabat, teman maupun orang
lain disekitar kami. Semoga dimasa Adven ini kami menjadi murid-murid yang
Engkau cintai dan kami mampu berbagi bagi sesama kami serta memancarkan cinta
sejati kepada sesama kami. Semua ini kami serahkan doa dan haraan kami kepada
Yesus Putra-Mu. Amin
B. KEGIATAN INTI (50 menit)
Mencairkan
Suasana
Diawali dengan
beberapa lagu atau dengan permainan yang membangun keakraban. Lagu-lagu yang
dipilih hendaknya lagu yang penuh semangat, gembira atau sesuai dengan tema
Pengantar
Selamat pagi
bapa ibu guru suster serta anak-anak yang dicintai Tuhan. Selamat datang dan
selamat bertemu dalam kegiatan rekoleksi kita pada pagi hari ini. Mengawali kegiatan hari ini kita
bersama-sama mengikuti permainan berikut ini.
Permainan
Nilailah aku
Alat dan bahan:
1. Musik
2. Bola kecil
Cara Bermain:
1. Fasilitator menyuruh peserta
untuk berdiri membentuk lingkaran besar.
2. Fasilitator memutar sebuah
musik yang bernada semangat.
3. Fasilitator menyerahkan bola
kecil kepada peserta.
4. Bola kecil diputar bergantian
diirigi musik.
5. Ketika fasilitator
menghentikan musik maka bola kecilpun berhenti.
6. Peserta yang terahir memegang
bola kecil ia harus mengatakan sejujur-jujurnya tentang teman yang ada di
sebelah kanannya baik fisiknya, sifatnya, fisiknya, hobi, dll.
Pemaknaan
Setelah bermain
fasilitator mengajak peserta untuk duduk dalam lingkaran besar kemudian meminta
beberapa peserta untuk mensharingkan pengalaman bermain dengan panduan
pertanyaan sebagai berikut:
1.
Bagaimana perasaan
teman-teman setelah bermain tadi?
2.
Pesan apa yang dapat
teman-teman ambil dari permain tadi?
Sharing dari
kelompok.
Selanjutnya
fasilitator memberikan pemaknaan dari permain tersebut. Misal: kejujuran
sangatlah penting bagi semua orang, ketika kita berkata jujur dengan orang lain
maka orang lain pun akan senang dengan perkataan dan sikap kita, kejujuran dan
keterbukaan sulit untuk diungkapkan maka dari permainan ini kita belajar untuk
berani mengungkapkan kejujuran dan ketebukaan serta kepedulian kita terhadap
sesama. Dan peserta yang dinilai tentang dirinya harus bisa menerima bahwa
itulah dirinya entah kelebihan maupun kekurangannya, dan itu menjadi suatu
introspeksi diri. Namun fasilitator harus membatasinya jangan sampai permainan
ini menjadi ajang untuk menghina temannya sendiri, dan jangan sampai membuat
temannya sakit hati karena ucapan.
Selanjutnya fasilitator menghantar peserta
untuk mendengarkan firman Tuhan dengan mengajak hening sejenak menyiapkan hati
untuk mendengarkan firman Tuhan. Bisa dihantar dengan sebuah lagu misalnya lagu
dibawah ini:
Menonton Film
Inspiratif"Duty"."Foot
Print".
Sharin singkat.
Pemakanaan film
Bacaan Kitab Suci
Yesus dan hukum Taurat(Mat. 5:33-37)
Dalam
khotbah di bukit, Yesus berkata, “Kalian telah mendengar apa yang disabdakan
kepada nenek moyang kita, "Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah
sumpahmu di hadapan Tuhan." Tetapi Aku berkata kepadamu, "Jangan
sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem,
karena Yerusalem adalah kota Raja Agung. Jangan pula bersumpah demi kepalamu,
karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.
Jika ya, hendaklah kalian katakan: ya, jika tidak, hendaklah kalian katakan: tidak.
Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.
Pertanyaan Pendalaman
Fasilitator
kemudian mengajak peserta untuk masuk kedalam kelompok masing-masing untuk
mendalami teks. Pembagian kelompok dapat diatur sendiri-sendiri. Kemudian
tiap-tiap kelompok diajak untuk menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini.
1.
Pesan apa yang dapat
saya ambil dari bacaan Kitab Suci
diatas?
2.
Bagaimana kaitannya
antara bacaan Kitab Suci dengan kehidupan kita sekarang?
Fasilitator
kemudian meminta salah satu wakil kelompok untuk membacakan hasil diskusi,
kemudian Fasilitator memberikan penegasan atau kesimpulan dari hasil sharing.
Renungan
Perlu dipahami dalam konteksnya yang utuh mulai, yang berbicara masalah Hukum
Taurat. Menurut Yesus, Taurat tidak bermaksud untuk cuma melarang tindakan pembunuhan, perzinahan atau sumpah
dusta. Dengan hanya menghindarkan
beberapa pelanggaran besar itu
kehendak Allah belum
terpenuhi. Di balik larangan itu
Yesus melihat suatu maksud Allah yang lebih jauh dan mendalam yakni menciptakan
suatu kehidupan bersama yang lebih positif dan harmonis.
Kehendak Allah itu hanya dapat terwujud kalau para
pengikut Yesus tidak hanya mengelakkan beberapa tindakan kejahatan besar itu,
tetapi terutama membersihkan hati mereka. Dengan hati yang cepat marah, kotor
dan penuh kebohongan, mereka tidak dapat membina hubungan dan persekutuan yang
dimaksudkan Allah. Hanya dengan hati yang sabar, bersih dan jujur dalam
pergaulan sehari-hari, mereka akan sanggup berkembang menjadi suatu umat seperti yang
dikehendaki Allah; suatu umat
atau persekutuan yang terbuka, yang hidup
dalam damai dan kasih persaudaraan,
saling hormat-menghormati dan saling percaya satu sama lain.
Ketika berkata:
“Jangan bersumpah palsu.......”, Yesus mengacu pada perintah ke delapan dari
Dekalog. Yesus menggenapinya dengan perintah supaya tidak bersumpah. Bahwa
dalam segala situasi, para muridNya harus memberi kesaksian sesuai kenyataan,
tanpa kebenaran dari kesaksiannya perlu diperkuat dengan sumpah.
Yesus menolak usaha membeda-bedakan berbagai rumus sumpah
yang dianut oleh orang-orang Yahudi. Cukuplah, kalau ya katakan ya, kalau
tidak, katakan tidak. Dengan ini mau ditandaskan bahwa landasan dalam menempuh
hidup di hadapan Allah adalah hati yang bersih, jujur dan terbuka. Orang dengan
hati kotor, tidak jujur dan palsu, tidak akan bisa membina hubungan dan
persekutuan yang dikehendaki Allah. Hanya dengan hati yang bersih, jujur dan
terbuka dalam pergaulan sehari-hari,
mereka sanggup berkembang menjadi suatu umat yang hidup dalam damai dan
kasih persaudaraan.
Masa Adven Sebagai Awal Tahun
Liturgi
Peletakan awal tahun liturgi Gereja pada masa Adven mengikuti sebuah
teologi yang bertujuan mengajak seluruh anggota Gereja untuk menghidupi kembali
masa penantian akan kedatangan Sang Penebus. Masa penantian ini dijiwai dengan
semangat pertobatan untuk menyambut kedatangan Penebus. Dengan demikian, tahun
liturgi mengikuti proses penebusan, yang mulai dengan Inkarnasi sampai kemudian
brpuncak pada misteri Paskah kebangkitan.
Pusat iman kita memang adalah kebangkitan. Tetapi tidak perlu bahwa
tahun liturgi dimulaidengan kebangkitan, karena pengaturan yang sekarang itu
lebih tepat, yaitu kebangkitan dijadikan sebagai titik puncak perjalanan
liturgis sepanjang tahun. Jika tahun liturgi dimulai dengan kebangkitan maka
penantian akan menjadi seperti anti-klimaks.
2.Aku Mau Berbagi
Mencairkan
Suasana
Menyanyikan lagu-lagu
yang dipilih hendaknya lagu yang penuh semangat, gembira.
Lagu Pembuka
Kasih
Yesus
Kasih Yesus indah,indah oh
indah
Kasih Yesus indah, indah oh
indah.....(2x)
Reff: Lebih indah dari pelangi
Lebih indah dari bintang di
langit
Lebih indah dari bunga di taman
Oh Yesus ku....
Menonton Film Inspiratif
Fasilitator mengajak peserta
untuk menonton film/video inspiratif yang sudah disediakan dalam bahan
pendalaman Adven ini. Film/ video inspiratif ini berjudul "Berbagi
kebaikan".
Mendalami Film
Setelah menonton film/video inspiratif
tersebut fasilitator mengajak peserta untuk mendalami film/video tersebut
bersama-sama dengan beberapa pertanyaan panduan sebagai berikut:
1. Bagaimana perasaan anda setelah melihat
film tersebut??
2. Pesan apa yang dapat anda ambil?
3. Apa yang dapat saya lakukan?
Penegasan
Setelah
mendengarkan presentasi dari masing-masing kelompok, fasilitator memberikan
penegasan atau kesimpulan dari hasil diskusi, misalnya: berbagi adalah suatu
hal yang sangat penting dalam hidup kita. Berbagi dengan sesama seringkali
sulit untuk kita lakukan sebab tidak jarang kita berbagi mengharapkan balasan,
tetapi dari film ini kita belajar bahwa rela berbagi dengan siapapun tanpa
mengharap imbalan hidup kita akan lebih berguna.
Bacaan Kitab Suci
Perintah supaya saling mengasihi
(Yoh. 15:9-17)
"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga
Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu
menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti
perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan
kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.
Inilah perintah-Ku, yaitu supaya
kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang
lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan
kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang
diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah
memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari
Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku
telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu
tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya
kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."
Renungan
Perikop Injil Yohanes ini memuat pernyataan tentang kasih
Bapa serta kasih Yesus dan cara murid-murid dapat tinggal dalam kasih itu.
disusul oleh suatu uraian yang lebih konkrit dan rinci tentang cara tinggal
dalam kasih tersebut. Pernyataan dalam Injil Yohanes tentang tinggal dalam
kasih Yesus, berkaitan erat dengan kiasan pokok anggur, sebab kasih-mengasihi
itu tidak lain dari pada perwujudan dari hal menghasilkan buah.
Kasih yang diberikan Yesus kepada para muridNya itu bukan
berasal dari Dia sendiri, melainkan
merupakan kasih Bapa
yang Ia terima dan
yang mendorong seluruh karyaNya. Yesus memberi para murid
bagian dalam kasih Bapa. Lalu ditegaskan bahwa tinggal di dalam kasih bukan pertama-tama hubungan emosional, melainkan hubungan
kesetiaan dan ketaatan. Kasih dan ketaatan itu saling berkaitan, Kasih setia
para murid terhadap Yesus mempunyai model dan sumber inspirasi dalam kasih
setia Yesus terhadap Bapa.
Menerima kasih Bapa melalui Yesus merupakan sukacita bagi
orang. Tetapi sukacita tersebut baru menjadi penuh dan tetap apabila orang itu
tinggal dalam kasih Tuhan itu dengan jawaban kasih setia. Adapun jawaban kasih
setia itu wujudnya adalah melakukan perintah pokok dari Yesus yaitu saling
mengasihi. Dan kasih yang diterima dari Yesus itu diharapkan berbuah dengan
berbagi kasih dengan sesama yang mencapai puncaknya pada memberikan nyawa bagi
sahabatnya.
“Kamu adalah sahabatKu jika kamu berbuat apa yang
Kuperintahkan kepadamu”. Melakukan apa yang diperintahkan Yesus, yaitu saling
mengasihi, adalah cara bertindak seorang sahabat. Dan Yesus menyebut para murid
sebagai sahabat karena: “Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari
BapaKu”. Keterbukaan adalah tanda persahabatan. Keterbukaan Yesus membuat murid-murid akrab
dengan Bapa. Persahatan dengan Yesus itu terjadi bukan karena saling memilih,
melainkan berawal dari Dia saja. Dan persahabatan tersebut adalah panggilan
perutusan untuk menghasilkan buah berupa berbagi kasih yakni pokok kehidupan
kristiani sendiri.
Belas kasih membangkitkan rasa kemanusiaan yang
melahirkan sikap rela berbagi dan berkurban. Itulah pesan utama yang bisa
ditangkap dari pernyataan Yesus tentang kasih dan tinggal dalam kasih Tuhan.
Kerelaan berbagi ini dalam tingkatan yang paling tinggi menjadikan seseorang
bahkan rela memberikan nyawanya. Hal itu
sudah ditunjukkan oleh Yesus dalam hidupNya: memberikan nyawaNya menjadi
tebusan bagi banyak orang. Selanjutnya, jalinan rantai kasih yang berawal
dari Bapa melalui Yesus kepada kita yang menjadi murid-muridNya akan membuahkan hasil saling mengasihi hanya kalau hati kita
terbuka dalam menerima dan memberikan kasih. Seneca, seorang filsuf dari zaman
Romawi kuno pernah mengatakan: “Rationale animal est homo”; manusia adalah
hewan yang berakal-budi. Maksudnya, yang
menjadikan kita manusiawi adalah pikiran
kita. Belajar dari pernyataan
Yesus tentang saling mengasihi,
kiranya rumusan Seneca itu harus kita tolak. Yang menjadikan kita manusiawi
bukanlah pikiran kita melainkan adalah hati kita. Bukan kemampuan kita untuk
bernalar tetapi kemampuan kita untuk mencintai. Adalah hati kita yang
diciptakan sebagai citra dan dalam kesamaan
dengan Allah. Berkat hati itulah kita mampu masuk ke dalam suatu relasi yang menjadikan kita
sahabat yang saling mengasihi satu sama lain. Maka sungguh bisa dipahami
mengapa Yesus mengatakan bahwa kasih adalah hukum yang terutama bagi manusia.
Jika memungkinkan berikan penjelasan tentang Minggu
Gaudete
Minggu Adven ketiga disebut minggu Gaudete yang artinya
Minggu bersukacitaah. Nama bersukacitalah ini diambil dari antifon pembukaan
pada Minggu Adven ketiga yakni bersukacitalah di dalam Tuhan. Sekali lagi
kukatakan: "Bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat" (Flp. 4:4). Minggu Adven ini adalah titik tengah dari
keseluruhan Masa Adven yang berlangsung selama empat minggu. Di tengah masa
persiapan yang bersifat matiraga da prihatin itu, Gereja memberikan
"Istirahat" dan mengajak umat bersukacita. Minggu Gaudete ini juga
mengingatkan bahwa masa Adven akan segera berakhir dan pesta kedatangan Yesus
Kristus sudah semakin mendekat. Maka perlu dikembangkan harapan yang akan
menumbuhkan kesabaran dan ketekunan untuk mempersiapkan diri sampai akhir.
Untuk mengungkapkan kegembiraan ini, maka warna liturgi
yang digunakan hari ini bukanlah ungu tetapi merah muda/pink. Demikian juga,
warna lilin yang dinyalakan Minggu ini di lingkaran Adven ialah merah muda atau
merah. Warna merah muda melambangkan bahwa perderitaan jaman ini tidak
sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
Untuk bisa masuk dalam kegiatan kita pada siang hari ini,
kita ikuti permaianan berikut ini:
Merencanakan
Aksi
Berdasarkan proses yang sudah dilalui selama tiga
pertemuan yang selalu diakhiri dengan membangun niat, maka pada pertemuan
terakhir ini, peserta diajak untuk merencanakan dan mewujudkan aksi nyata
sebagai bentuk keterlibatan remaja katolik dalam keluarga, Gereja, dan
masyarakat. Dari pengalaman yang sudah diperoleh tindakan nyata apa yang akan
dilakukan selanjutnya sebagai bentuk pertobatan?
PENUTUP (15 menit)
2. Doa penutup.
Doa Adven
Ya Tuhan Bapa yang mahakudus, kami bersyukur kehadiratMu
karena lewat masa penantian ini Engkau menjanjikan Juruslamat yakni Yesus
KristusPutra-Mu. kedatanganNya dinubuatkan oleh para Nabi dan dinantikan oleh
Perawan Maria dengan cinta mesra. Dialah Adam baru yang memulihkan persahabatan
kami dengan Dikau. Ia menolong yang lemah dan menyelamatkan yang berdosa. Ia membawa damai sejati bagi kami dan membuat
semakin banyak orang mengenal Engkau, dan berani melaksanakan kehendakMu. Ia
datang sebagai manusia biasa, untuk melaksanakan rencana-Mu dan membukakan
jalan keselamatan bagi kami. Pada akhir zaman Ia akan datang lagi dengan
semarak dan mulia untuk menyatakan kebahagiaan yang kami nantikan.
Kami mohon kelimpahan rahmat-Mu, agar selama hidup
di dunia ini kami selalu siap siaga dan
penuh harap menantikan kedatanganNya yang mulia, agar pada saat Ia datang
nanti, kami Kau perkenankan untuk ikut berbahagia bersama Dia dan seluruh umat
kesayangan-Mu. Sebab Dialah Tuhan dan pengantara kami kini dan sepanjang masa.
Amin.
H. Sarana dan Sumber Bahan:
1. Sarana :
a. Media cetak.
c. Komputer dan LCD.
d. Film
e. Musik.
f. Bola
2. Sumber Bahan :
1. Alkitab Injil (Luk. 19: 1 – 10)
2. Bahan
pendalaman Adven 2015
Guru
Mata Pelajaran
LAZARUS
DAEN LAGA
|
Madiun, 07 Desember 2015
Guru Praktek
AG EFENDI DARMANTO
|
Mengetahui.
Dosen
Pembimbing,
RD.
ROBERTUS JOKO SULISTIYO, SS, M.HUM
Komentar
Posting Komentar