Rekoleksi SMPK SANTO BERNARDUS MADIUN
7 NOVEMBER 2015
Tema : “Aku anak
Tuhan mau dibawa kemana?’’
Sub tema : 1. Aku pribadi yang jujur dan terbuka
2. Aku mau berbagi
Tujuan:
1.
Remaja katolik mampu mengenal Tuhan lebih dekat
lagi.
2.
Remaja mampu membangun sikap jujur dan terbuka
dalam hidup sehari-hari.
3.
Remaja memiliki kepedulian terhadap sesama
4.
Remaja rela berbagi dengan sesama.
GAGASAN POKOK
Remaja katolik seringkali
bimbang dan ragu dalam menentukan jalan hidupnya. Hal ini dipengaruhi oleh
dirinya sendiri. Masa-masa remaja adalah masa pencarian jati diri, remaja tidak
jarang berganti-ganti hobi, tujuan hidup, model rambut, dan lain sebagainya.
Pencarian identitas sangat identik pada remaja, namun remaja sangat memerlukan
pendampingan dalam hidupnya, karena pada masa-masa ini remaja kurang mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang kurang baik untuk dilakukan, sebab pada
masa ini pula remaja mudah sekali terpengaruh oleh pergaualan dan lingkungan
dimana remaja itu berada.
Tuhan Yesus dalam Injil
Yohanes bertanya kepada Petrus sebanyak tiga kali, "Simon anak Yohanes,
apakah engkau mengasihi Aku?" Petrus menjawab "Benar Tuhan,
Engakau tahu bahwa aku mengasihi Engkau" (Yoh. 21:15). Petrus
menganggap bahwa Yesus ragu-ragu dan tidak percaya dengan jawaban Petrus
kepadanya, maka pertanyaan yang sama terus dikatakan oleh Yesus, tetapi Yesus
bermaksud bahwa dengan bertanya tiga kali kepada Petrus bukan hal yang
main-main melainkan sebuah keseriusan.
Kasih bukanlah
berpura-pura, maka dari itu mengasihi Tuhan tidaklah mudah, mau mengasihi
berarti mau menjalankan apa yang menjadi kehendak-Nya. Jika kasih hanya sebatas
dimulut saja itu bukanlah kasih. Tuhan
pun sejatinya butuh kepastian dari kita tentang hubungan kita denganNya. Kita
begitu terpusat pada diri sendiri, sehingga lupa mencari Dia. Mengasihi
Tuhan berarti juga membangun relasi yang harmonis dengan-Nya. Kecenderungan
dari seorang remaja, lebih suka dikasihi daripada mengasihi, maka terasa berat
bagi remaja bila harus mengasihi. Maka dari itu dengan pertanyaan Yesus kepada
Petrus, Dia ingin remaja katolik tidak bimbang dalam mengikut Yesus, harus
tetap yakin dan percaya serta tidak mendua hati, agar tidak jatuh ke dalam
keegoisan, nafsu, dan cinta diri. Pada pertemuan pertama ini ditekankan soal
kesediaan remaja katolik dalam mengikuti Tuhan dengan sepenuh hati dan
merekapun harus mau menjalankan kehendak-Nya.
Yesus mengajarkan kepada orang-orang yahudi bahwa jangan
bersumpah palsu, jika "Ya" katakan Ya, namun jika
"Tidak" katakan Tidak. Bersumpah berarti mengikutsertakan Tuhan
dalam kesepakatan bahwa apa yang dkatakan oleh orang yang bersumpah itu benar.
Yesus menegaskan bahwa orang yang percaya kepada-Nya tidak perlu bersumpah. Bila
dipertanyakan kebenarannya, sebagai pengikut Tuhan cukup mengatakan "YA
bila itu YA dan TIDAK bila itu memang TIDAK". Dengan demikian ditandaskan bahwa landasan dalam menempuh
hidup di hadapan Allah adalah hati yang bersih, jujur dan terbuka.
Remaja katolik tidak
jarang melakukan hal tidak jujur dan bahkan juga menjadi pribadi yang tertutup.
Kebohongan demi kebohongan sering diucapkannya demi rasa aman dirinya. Remaja
katolik harus memahami bahwa kejujuran dan keterbukaan itu sangatlah penting
dalam hidup, sebab kejujuran ialah kesetiaan pada kebaikan dan berkata sesuai
dengan kenyataan, begitu pula dengan keterbukaan, keterbukaan merupakan
ungkapan dari dalam hati yang mau menerima dan juga tanpa ditanya mau untuk
berkata dengan jujur.
Mengungkapkan isi hati itu
memang tidak mudah, kalau memang itu mudah tentu Yesus tidak perlu lagi
mengajarinya. Maka dari itu kejujuran dan keterbukaan harus terus menerus
dilakukan agar dapat bertumbuh dan berkembang dalam diri. Ada faktor penghambat
untuk dapat menjadi pribadi yang jujur dan terbuka entah itu etika, sopan
santun, rasa malu, ingin selamat, ingin mencari aman, dan lain sebagainya. Maka
dari itu pada pertemuan yang ketiga ini ditegaskan bahwa menjadi pribadi yang
jujur dan terbuka harus berani melawan faktor-faktor penghambat duniawi
tersebut, karena hanya dengan hati yang sabar, bersih dan jujur dalam pergaulan
sehari-hari itulah, remaja dapat berkembang menjadi seperti apa yang
dikehendaki Allah, yakni suatu persekutuan yang terbuka, yang hidup dalam damai
dan kasih persaudaraan, serta saling menghormati dan saling percaya satu sama
lain.
Aku Pribadi yang Jujur dan
Terbuka
Gagasaan Pokok
Yesus mengajarkan kepada orang-orang yahudi bahwa jangan
bersumpah palsu, jika "Ya" katakan Ya, namun jika
"Tidak" katakan Tidak. Bersumpah berarti mengikutsertakan Tuhan
dalam kesepakatan bahwa apa yang dkatakan oleh orang yang bersumpah itu benar.
Yesus menegaskan bahwa orang yang percaya kepada-Nya tidak perlu bersumpah. Bila
dipertanyakan kebenarannya, sebagai pengikut Tuhan cukup mengatakan "YA
bila itu YA dan TIDAK bila itu memang TIDAK". Dengan demikian ditandaskan bahwa landasan dalam menempuh
hidup di hadapan Allah adalah hati yang bersih, jujur dan terbuka.
Remaja katolik tidak
jarang melakukan hal tidak jujur dan bahkan juga menjadi pribadi yang tertutup.
Kebohongan demi kebohongan sering diucapkannya demi rasa aman dirinya. Remaja
katolik harus memahami bahwa kejujuran dan keterbukaan itu sangatlah penting
dalam hidup, sebab kejujuran ialah kesetiaan pada kebaikan dan berkata sesuai
dengan kenyataan, begitu pula dengan keterbukaan, keterbukaan merupakan
ungkapan dari dalam hati yang mau menerima dan juga tanpa ditanya mau untuk
berkata dengan jujur.
Mengungkapkan isi hati itu
memang tidak mudah, kalau memang itu mudah tentu Yesus tidak perlu lagi
mengajarinya. Maka dari itu kejujuran dan keterbukaan harus terus menerus
dilakukan agar dapat bertumbuh dan berkembang dalam diri. Ada faktor penghambat
untuk dapat menjadi pribadi yang jujur dan terbuka entah itu etika, sopan
santun, rasa malu, ingin selamat, ingin mencari aman, dan lain sebagainya. Maka
dari itu pada pertemuan yang ketiga ini ditegaskan bahwa menjadi pribadi yang
jujur dan terbuka harus berani melawan faktor-faktor penghambat duniawi
tersebut, karena hanya dengan hati yang sabar, bersih dan jujur dalam pergaulan
sehari-hari itulah, remaja dapat berkembang menjadi seperti apa yang
dikehendaki Allah, yakni suatu persekutuan yang terbuka, yang hidup dalam damai
dan kasih persaudaraan, serta saling menghormati dan saling percaya satu sama
lain.
. Indikator Dan Tujuan Pembelajaran
1. Indikator
1.1 . Menjelaskan makna pentingnya hidup jujur dan terbuka.
1.2. Menyebutkan buah-buah dari hidup jujur dan
terbuka.
1.3. Menyebutkan .
contoh-contoh hidup jujur dan terbuka
2.
Tujuan
2.1. siswa dapat mengetahui
hidup makna pentingnya hidup jujur dan terbuka..
2.2. siswa dapat
menunjukan sikap yang jeas baik bagi dirinya sendiri mapun bagi orang
lain.
2.3. siswa dapat mennjukan sikap yang jujur dan terbuka
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Langkah-langkah
PROSES PERTEMUAN
Tanda
Salib dan Salam
P : Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh
Kudus
U : Amin
P :
Semoga Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus cinta kasih Allah dan persekutuan Roh
Kudus selalu beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.
Penyalaan
lilin Adven
P. Semoga dalam kehidupan yang gelap di dunia
ini, cinta dan pengharapan tetap menyala di dalam hati kita. ( salah satu peserta
menyalakan 3 buah lilin adven )
U. Seperti lampu yang bercahaya di tempat yang
gelap gulita.
Mencairkan Suasana
Setelah prosesi penyalaan
lilin, Agar suasana menyenangkan, penuh keakraban dan persaudaraan hendaknya pertemuan
diawali dengan beberapa lagu sesuai dengan situasi dan kebutuhan atau dengan
permainan yang membangun keakraban. Lagu-lagu yang dipilih hendaknya lagu yang
penuh semangat, gembira atau sesuai
dengan tema dan dilanjutkan dengan doa pembuka misalnya:
Lagu Pembuka
Seperti Yang Kau Ingini
Pengantar
Selamat pagi bapa ibu guru
suster erta anak-anak yang dicnti Tuhan. Selamat datang dan selamat bertemu
dalam kegitan rekoleksi kita pada siang hari ini. secara singkat kai akan
sedikit menjelaskan pertemuan kita pada pagi hari ini.dimana hari ini
merupakan pertemuan yang ketiga dalam
masa adven ini.
Katekese Singkat
Minggu Gaudete
Minggu
Adven ketiga disebut minggu Gaudete yang artinya Minggu bersukacitaah. Nama
bersukacitalah ini diambil dari antifon pembukaan pada Minggu Adven ketiga
yakni bersukacitalah di dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: "Bersukacitalah!
Sebab Tuhan sudah dekat" (Flp. 4:4).
Minggu Adven ini adalah titik tengah dari keseluruhan Masa Adven yang
berlangsung selama empat minggu. Di tengah masa persiapan yang bersifat
matiraga da prihatin itu, Gereja memberikan "Istirahat" dan mengajak
umat bersukacita. Minggu Gaudete ini juga mengingatkan bahwa masa Adven akan
segera berakhir dan pesta kedatangan Yesus Kristus sudah semakin mendekat. Maka
perlu dikembangkan harapan yang akan menumbuhkan kesabaran dan ketekunan untuk
mempersiapkan diri sampai akhir.
Untuk
mengungkapkan kegembiraan ini, maka warna liturgi yang digunakan hari ini
bukanlah ungu tetapi merah muda/pink. Demikian juga, warna lilin yang
dinyalakan Minggu ini di lingkaran Adven ialah merah muda atau merah. Warna
merah muda melambangkan bahwa perderitaan jaman ini tidak sebanding dengan
kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
Untuk
bisa masuk dalam kegiatan kita pada siang hari ini, kita ikuti permaianan
berikut ini:
Permainan
Nilailah
aku
Alat dan bahan:
1. Musik
2. Bola kecil
Cara Bermain:
1. Fasilitator menyuruh peserta
untuk berdiri membentuk lingkaran besar.
2. Fasilitator memutar sebuah
musik yang bernada semangat.
3. Fasilitator menyerahkan bola
kecil kepada peserta.
4. Bola kecil diputar bergantian
diirigi musik.
5. Ketika fasilitator
menghentikan musik maka bola kecilpun berhenti.
6. Peserta yang terahir memegang
bola kecil ia harus mengatakan sejujur-jujurnya tentang teman yang ada di sebelah
kanannya baik fisiknya, sifatnya, fisiknya, hobi, dll.
Pemaknaan
Setelah bermain
fasilitator mengajak peserta untuk duduk dalam lingkaran besar kemudian meminta
beberapa peserta untuk mensharingkan pengalaman bermain dengan panduan
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana perasaan teman-teman setelah bermain tadi?
2. Pesan apa yang dapat teman-teman ambil dari permain tadi?
Selanjutnya fasilitator
memberikan pemaknaan dari permain tersebut. Misal: kejujuran sangatlah penting
bagi semua orang, ketika kita berkata jujur dengan orang lain maka orang lain
pun akan senang dengan perkataan dan sikap kita, kejujuran dan keterbukaan
sulit untuk diungkapkan maka dari permainan ini kita belajar untuk berani
mengungkapkan kejujuran dan ketebukaan serta kepedulian kita terhadap sesama.
Dan peserta yang dinilai tentang dirinya harus bisa menerima bahwa itulah
dirinya entah kelebihan maupun kekurangannya, dan itu menjadi suatu introspeksi
diri. Namun fasilitator harus membatasinya jangan sampai permainan ini menjadi
ajang untuk menghina temannya sendiri, dan jangan sampai membuat temannya sakit
hati karena ucapan.
Selanjutnya fasilitator menghantar peserta
untuk mendengarkan firman Tuhan dengan mengajak hening sejenak menyiapkan hati
untuk mendengarkan firman Tuhan. Bisa dihantar dengan sebuah lagu misalnya lagu
dibawah ini:
Lagu penghantar bacaan
Lagu Bagaimana
aku harus mengatakanya
Bacaan Kitab Suci
Yesus dan hukum Taurat
(Mat. 5:33-37)
Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata,
“Kalian telah mendengar apa yang disabdakan kepada nenek moyang kita,
"Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di hadapan
Tuhan." Tetapi Aku berkata kepadamu, "Jangan sekali-kali bersumpah,
baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena
bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah
kota Raja Agung. Jangan pula bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak
berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. Jika ya, hendaklah
kalian katakan: ya, jika tidak, hendaklah kalian katakan: tidak. Apa yang lebih
daripada itu berasal dari si jahat.
Pertanyaan Pendalaman
Fasilitator kemudian
mengajak peserta untuk masuk kedalam kelompok masing-masing untuk mendalami
teks. Pembagian kelompok dapat diatur sendiri-sendiri. Kemudian tiap-tiap
kelompok diajak untuk menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini.
1. Pesan apa yang dapat saya ambil dari bacaan Kitab Suci diatas?
2. Bagaimana kaitannya antara bacaan Kitab Suci dengan
kehidupan kita sekarang?
Fasilitator kemudian
meminta salah satu wakil kelompok untuk membacakan hasil diskusi, kemudian
Fasilitator memberikan penegasan atau kesimpulan dari hasil sharing.
Renungan
Perlu dipahami dalam
konteksnya yang utuh mulai, yang
berbicara masalah Hukum Taurat. Menurut Yesus, Taurat tidak bermaksud untuk
cuma melarang tindakan pembunuhan,
perzinahan atau sumpah dusta. Dengan hanya menghindarkan beberapa
pelanggaran besar itu kehendak
Allah belum terpenuhi. Di balik larangan itu Yesus melihat suatu maksud Allah yang
lebih jauh dan mendalam yakni menciptakan suatu kehidupan bersama yang lebih
positif dan harmonis.
Kehendak Allah itu hanya
dapat terwujud kalau para pengikut Yesus tidak hanya mengelakkan beberapa
tindakan kejahatan besar itu, tetapi terutama membersihkan hati mereka. Dengan
hati yang cepat marah, kotor dan penuh kebohongan, mereka tidak dapat membina
hubungan dan persekutuan yang dimaksudkan Allah. Hanya dengan hati yang sabar,
bersih dan jujur dalam pergaulan sehari-hari, mereka akan sanggup
berkembang menjadi suatu umat seperti yang
dikehendaki Allah; suatu umat
atau persekutuan yang terbuka, yang hidup
dalam damai dan kasih persaudaraan,
saling hormat-menghormati dan saling percaya satu sama lain.
Ketika berkata: “Jangan bersumpah
palsu.......”, Yesus mengacu pada perintah ke delapan dari Dekalog. Yesus
menggenapinya dengan perintah supaya tidak bersumpah. Bahwa dalam segala
situasi, para muridNya harus memberi kesaksian sesuai kenyataan, tanpa
kebenaran dari kesaksiannya perlu diperkuat dengan sumpah.
Yesus menolak usaha
membeda-bedakan berbagai rumus sumpah yang dianut oleh orang-orang Yahudi.
Cukuplah, kalau ya katakan ya, kalau tidak, katakan tidak. Dengan ini mau
ditandaskan bahwa landasan dalam menempuh hidup di hadapan Allah adalah hati
yang bersih, jujur dan terbuka. Orang dengan hati kotor, tidak jujur dan palsu,
tidak akan bisa membina hubungan dan persekutuan yang dikehendaki Allah. Hanya
dengan hati yang bersih, jujur dan terbuka dalam
pergaulan sehari-hari, mereka sanggup berkembang menjadi suatu umat
yang hidup dalam damai dan kasih persaudaraan.
AKU MAU BERBAGI
Mencairkan Suasana
Setelah prosesi penyalaan
lilin, Agar suasana menyenangkan, penuh keakraban dan persaudaraan hendaknya
pertemuan diawali dengan beberapa lagu sesuai dengan situasi dan kebutuhan atau
dengan permainan yang membangun keakraban. Lagu-lagu yang dipilih hendaknya
lagu yang penuh semangat, gembira atau
sesuai dengan tema dan dilanjutkan dengan doa pembuka.
Lagu Pembuka
Kasih Yesus
Kasih Yesus indah,indah oh
indah
Kasih Yesus indah, indah oh
indah.....(2x)
Reff: Lebih indah dari pelangi
Lebih
indah dari bintang di langit
Lebih
indah dari bunga di taman
Oh
Yesus ku....
Pengantar
Setelah mencairkan suasana
dengan beberapa lagu, fasilitator memberikan ucapan selamat pagi, siang, sore
atau malam, Kemudian
fasilitator memberikan katekese singkat mengenai masa Adven sebagai awal tahun
liturgi, setelah itu fasilitator menjelaskan tentang tema yang akan dibahas.
Katekese Singkat
Masa
Adven Sebagai Awal Tahun Liturgi
Peletakan awal tahun liturgi Gereja pada masa Adven
mengikuti sebuah teologi yang bertujuan mengajak seluruh anggota Gereja untuk
menghidupi kembali masa penantian akan kedatangan Sang Penebus. Masa penantian
ini dijiwai dengan semangat pertobatan untuk menyambut kedatangan Penebus.
Dengan demikian, tahun liturgi mengikuti proses penebusan, yang mulai dengan
Inkarnasi sampai kemudian brpuncak pada misteri Paskah kebangkitan.
Pusat iman kita memang adalah kebangkitan. Tetapi
tidak perlu bahwa tahun liturgi dimulaidengan kebangkitan, karena pengaturan
yang sekarang itu lebih tepat, yaitu kebangkitan dijadikan sebagai titik puncak
perjalanan liturgis sepanjang tahun. Jika tahun liturgi dimulai dengan
kebangkitan maka penantian akan menjadi seperti anti-klimaks.
Menonton Film Inspiratif
Fasilitator mengajak peserta
untuk menonton film/video inspiratif yang sudah disediakan dalam bahan
pendalaman Adven ini. Film/ video inspiratif ini berjudul "Berbagi
kebaikan".
Mendalami Film
Setelah menonton film/video
inspiratif tersebut fasilitator mengajak peserta untuk mendalami film/video
tersebut bersama-sama dengan beberapa pertanyaan panduan sebagai berikut:
1. Bagaimana perasaan anda setelah melihat
film tersebut??
2. Pesan apa yang dapat anda ambil?
3. Apa yang dapat saya lakukan?
Penegasan
Setelah mendengarkan
presentasi dari masing-masing kelompok, fasilitator memberikan penegasan atau
kesimpulan dari hasil diskusi, misalnya: berbagi adalah suatu hal yang sangat
penting dalam hidup kita. Berbagi dengan sesama seringkali sulit untuk kita
lakukan sebab tidak jarang kita berbagi mengharapkan balasan, tetapi dari film
ini kita belajar bahwa rela berbagi dengan siapapun tanpa mengharap imbalan
hidup kita akan lebih berguna.
Selanjutnya fasilitator
mengajak peserta untuk membuat karya seni (kerajinan tangan) untuk dibagikan
kepada sesama sebagai aksi nyata (kerajinan tangan bisa diganti sesuai
keinginan paroki masing-masing).
Membuat karya seni
"Rosario"
Alat dan bahan:
- Gunting
- Mutiara
- Benang/senar
- Salib kecil
- jarum (jika diperlukan)
Cara membuat:
- semua dirangkai sesuai
dengan rangkaian rosario biasa pada umumnya.
Selanjutnya fasilitator
menghantar peserta untuk mendengarkan firman Tuhan dengan mengajak hening
sejenak menyiapkan hati untuk mendengarkan firman Tuhan. Bisa dihantar dengan
sebuah lagu misalnya lagu dibawah ini:
Bacaan Kitab Suci
Perintah supaya saling
mengasihi
(Yoh. 15:9-17)
"Seperti Bapa telah
mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam
kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam
kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan
sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling
mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar
dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu
adalah sahabat-Ku, jikalau
kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi
hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku
menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari
Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku
telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu
tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya
kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."
Renungan
Perikop Injil Yohanes ini
memuat pernyataan tentang kasih Bapa serta kasih Yesus dan cara murid-murid
dapat tinggal dalam kasih itu. disusul oleh suatu uraian yang lebih konkrit dan
rinci tentang cara tinggal dalam kasih tersebut. Pernyataan dalam Injil Yohanes
tentang tinggal dalam kasih Yesus, berkaitan erat dengan kiasan pokok anggur,
sebab kasih-mengasihi itu tidak lain dari pada perwujudan dari hal menghasilkan
buah.
Kasih yang diberikan Yesus
kepada para muridNya itu bukan berasal dari Dia sendiri, melainkan merupakan
kasih Bapa yang
Ia terima dan yang
mendorong seluruh karyaNya. Yesus
memberi para murid bagian dalam kasih Bapa. Lalu ditegaskan bahwa tinggal di
dalam kasih bukan pertama-tama hubungan emosional, melainkan hubungan
kesetiaan dan ketaatan. Kasih dan ketaatan itu saling berkaitan, Kasih setia
para murid terhadap Yesus mempunyai model dan sumber inspirasi dalam kasih
setia Yesus terhadap Bapa.
Menerima kasih Bapa
melalui Yesus merupakan sukacita bagi orang. Tetapi sukacita tersebut baru
menjadi penuh dan tetap apabila orang itu tinggal dalam kasih Tuhan itu dengan
jawaban kasih setia. Adapun jawaban kasih setia itu wujudnya adalah melakukan
perintah pokok dari Yesus yaitu saling mengasihi. Dan kasih yang diterima dari
Yesus itu diharapkan berbuah dengan berbagi kasih dengan sesama yang mencapai
puncaknya pada memberikan nyawa bagi sahabatnya.
“Kamu adalah sahabatKu
jika kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu”. Melakukan apa yang diperintahkan
Yesus, yaitu saling mengasihi, adalah cara bertindak seorang sahabat. Dan Yesus
menyebut para murid sebagai sahabat karena: “Aku telah memberitahukan kepada
kamu segala sesuatu yang telah Kudengar
dari BapaKu”. Keterbukaan adalah tanda persahabatan. Keterbukaan Yesus membuat murid-murid akrab
dengan Bapa. Persahatan dengan Yesus itu terjadi bukan karena saling memilih,
melainkan berawal dari Dia saja. Dan persahabatan tersebut adalah panggilan
perutusan untuk menghasilkan buah berupa berbagi kasih yakni pokok kehidupan
kristiani sendiri.
Belas kasih membangkitkan
rasa kemanusiaan yang melahirkan sikap rela berbagi dan berkurban. Itulah pesan
utama yang bisa ditangkap dari pernyataan Yesus tentang kasih dan tinggal dalam
kasih Tuhan. Kerelaan berbagi ini dalam tingkatan yang paling tinggi menjadikan
seseorang bahkan rela memberikan nyawanya.
Hal itu sudah ditunjukkan oleh Yesus dalam hidupNya: memberikan nyawaNya
menjadi tebusan bagi banyak orang. Selanjutnya, jalinan rantai kasih yang berawal
dari Bapa melalui Yesus kepada kita yang menjadi murid-muridNya akan membuahkan hasil saling mengasihi hanya kalau hati kita
terbuka dalam menerima dan memberikan kasih. Seneca, seorang filsuf dari zaman
Romawi kuno pernah mengatakan: “Rationale animal est homo”; manusia adalah
hewan yang berakal-budi. Maksudnya, yang
menjadikan kita manusiawi adalah pikiran
kita. Belajar dari pernyataan
Yesus tentang saling mengasihi,
kiranya rumusan Seneca itu harus kita tolak. Yang menjadikan kita manusiawi
bukanlah pikiran kita melainkan adalah hati kita. Bukan kemampuan kita untuk
bernalar tetapi kemampuan kita untuk mencintai. Adalah hati kita yang
diciptakan sebagai citra dan dalam kesamaan
dengan Allah. Berkat hati itulah kita mampu masuk ke dalam suatu relasi yang menjadikan kita
sahabat yang saling mengasihi satu sama lain. Maka sungguh bisa dipahami
mengapa Yesus mengatakan bahwa kasih adalah hukum yang terutama bagi manusia.
Merencanakan
Aksi
Berdasarkan proses yang
sudah dilalui selama tiga pertemuan yang selalu diakhiri dengan membangun niat,
maka pada pertemuan terakhir ini, peserta diajak untuk merencanakan dan
mewujudkan aksi nyata sebagai bentuk keterlibatan remaja katolik dalam
keluarga, Gereja, dan masyarakat. Dari pengalaman yang sudah diperoleh tindakan
nyata apa yang akan dilakukan selanjutnya sebagai bentuk pertobatan?
Doa Adven
Ya Tuhan Bapa yang
mahakudus, kami bersyukur kehadiratMu karena lewat masa penantian ini Engkau
menjanjikan Juruslamat yakni Yesus KristusPutra-Mu. kedatanganNya dinubuatkan
oleh para Nabi dan dinantikan oleh Perawan Maria dengan cinta mesra. Dialah
Adam baru yang memulihkan persahabatan kami dengan Dikau. Ia menolong yang
lemah dan menyelamatkan yang berdosa. Ia
membawa damai sejati bagi kami dan membuat semakin banyak orang mengenal
Engkau, dan berani melaksanakan kehendakMu. Ia datang sebagai manusia biasa,
untuk melaksanakan rencana-Mu dan membukakan jalan keselamatan bagi kami. Pada
akhir zaman Ia akan datang lagi dengan semarak dan mulia untuk menyatakan
kebahagiaan yang kami nantikan.
Kami mohon kelimpahan
rahmat-Mu, agar selama hidup di dunia
ini kami selalu siap siaga dan penuh harap menantikan kedatanganNya yang mulia,
agar pada saat Ia datang nanti, kami Kau perkenankan untuk ikut berbahagia
bersama Dia dan seluruh umat kesayangan-Mu. Sebab Dialah Tuhan dan pengantara
kami kini dan sepanjang masa. Amin.
Doa Penutup
Fasilitator meminta peserta untuk sejenak sambil mengungkapkan
niat-niat mereka dalam hati, kemudian dilanjutkan dengan doa penutup secara
spontan dan diakhiri dengan doa Bapa Kami.
Lagu Penutup
Sungai
sukacitamu
Sungai sukacitaMu mengalir
dalamku
Anggur sukacitaMu melimpah
dalamku
Ku menari dan bersuka
PujiMu disetiap waktu
Sebab sungai sukacitaMu
ada dalamKu...
Reff: Mengalir
bersamaMu bersuka didalamMu
MengikutiMu Tuhan dalam kegerakanku
MelayaniMu Tuhan di dalam sukacitaMu
S'bab
hanya Tuhan yg membuat sukacitaku penuh...
Terimakasih atas bahan yang bagus dan membantu kami OMK Ambon
BalasHapus